1. SEJARAH SINGKAT
Jambu air berasal dari daerah Indo Cina dan
Indonesia, tersebar ke Malaysia dan pulau-pulau di Pasifik. Selama ini masih
terkonsentrasi sebagai tanaman pekarangan untuk konsumsi keluarga. Buah Jambu
air tidak hanya sekedar manis menyegarkan, tetapi memiliki keragaman dalam
penampilan. Jambu air (Eugenia aquea Burm) dikategorikan salah satu jenis buah-buahan
potensial yang belum banyak disentuh
pembudidayannya untuk tujuan komersial. Sifatnya yang mudah busuk menjadi
masalah penting yang perlu dipecahkan. Buahnya dapat dikatakan tidak berkulit,
sehingga rusak fisik sedikit saja pada buah akan mempercepat busuk
buah.
2. JENIS TANAMAN
Sistematika tanaman jambu air adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantarum
Sub Kingdom : Kormophyta
Super Divisio : Kormophyta biji
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Classis : Dycotyledoneae
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Syzygium
Species : Eugenia
aquea
Selain itu juga terdapat 2 jenis jambu air
yang banyak ditanam, tetapi keduanya tidak begitu menyolok perbedaannya. Ke dua
jenis tersebut adalah Syzygium quaeum (jambu air kecil) dan Syzygium
samarangense (jambu air besar). Varietas jambu air
besar yakni: jambu Semarang, Madura, Lilin (super manis), Apel dan Cincalo
(merah dan hijau/putih) dan Jenis-jenis jambu air lainnya adalah: Camplong
(Bangkalan), Kancing, Mawar (jambu Keraton), Sukaluyu, Baron, Kaget, Rujak,
Neem, Lonceng (super lebat), dan Manalagi (tanpa biji). Sedangkan varietas yang
paling komersil adalah Cincalo dan Semarang, yang masing-masing terdiri dari 2
macam (merah dan putih).
3. MANFAAT TANAMAN
Pada umumnya jambu air dimakan segar, tetapi
dapat juga dibuat puree, sirop, jeli, jam/berbentuk awetan lainnya. Selain
sebagai “buah meja” jambu air juga telah menjadi santapan canggih dengan dibuat
salada dan fruit coctail. Kandungan kimia yang penting dari jambu air adalah gula dan vitamin
C. Buah jambu air masak yang manis rasanya, selain disajikan sebagai buah meja
juga untuk rujak dan asinan. Kadang-kadang kulit batangnya dapat digunakan
sebagai obat.
4. SENTRA PENANAMAN
Menurut data statistik dari Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, Jawa Barat, Kabupaten Karawang, Tangerang, Bogor, Sukabumi,
Cianjur, Bandung, Garut, Cirebon, Subang dan Bekasi termasuk 10 besar sentra
penanaman pohon jambu. Jambu air Cincalo merah banyak terdapat di Karawang dan
terkenal dengan jambu
Bolang yang bila matang
benar berwarna merah tua kebiruan dengan rasa manisasam segar sedangkan Jambu
air Semarang (merah dan putih) banyak terdapat di Indramayu.
5. SYARAT TUMBUH
5.1. Iklim
1) Angin sangat berperan dalam pembudidayaan
jambu air. Angin berfungsi dalam membantu penyerbukan pada bunga.
2) Tanaman jambu air akan tumbuh baik di
daerah yang curah hujannya rendah/kering sekitar 500–3.000 mm/tahun dan musim
kemarau lebih dari 4 bulan. Dengan kondisi tersebut, maka jambu air akan
memberikan kualitas buah yang baik dengan rasa lebih manis.
3) Cahaya matahari berpengaruh terhadap
kualitas buah yang akan dihasilkan.
Intensitas cahaya matahari yang ideal dalam
pertumbuhan jambu air adalah 40– 80 %.
4) Suhu yang cocok untuk pertumbuhan tanaman
jambu air adalah 18-28 derajat C.
5) Kelembaban udara antara 50-80 %.
5.2. Media Tanam
1) Tanah yang cocok bagi tanaman jambu air
adalah tanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik.
2) Derajat keasaman tanah (pH) yang cocok
sebagai media tanam jambu air adalah 5,5–7,5.
3) Kedalaman kandungan air yang ideal untuk
tempat budidaya jambu air adalah 0- 50 cm; 50-150 cm dan 150-200 cm.
4) Tanaman jambu air sangat cocok tumbuh pada
tanah datar.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman jambu air mempunyai daya adaptasi yang
cukup besar di lingkungan tropis dari dataran rendah sampai tinggi yang mencapai
1.000 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1) Persyaratan Benih/Bibit
Biji berasal dari varietas unggul, berumur
lebih dari 15 tahun, produktif dan produksi stabil. Biji berasal dari buah masak
pohon, yang besarnya normal dan mulus. Biji dikeringanginkan selama 1-3 hari di
tempat teduh. Biji-biji yang memenuhi syarat adalah berukuran relatif besar,
ukuran seragam, bernas dan tidak cacat, dianjurkan dalam meggunakan bibit jambu
air hasil cangkokan/okulasi. Selain lebih mudah dilakukan, cara ini lebih cepat
menghasilkan buah.
2) Persiapan Benih
a. Bibit Enten (Grafting)
Model sambungan yang terbaik adalah sambungan
celah. Batang bawah berasal dari bibit hasil perbanyakan dengan biji yang
berumur 10 tahun, sedangkan pucuk berasal dari pohon induk unggul. Setelah
disambung bibit dipelihara selama 2-3 bulan
b. Bibit Cangkok
Cabang yang akan dicangkok berada pada tanaman
yang unggul dan produktif. Cabang yang dipilih tidak telalu tua/muda, berwarna
hijau keabuabuan/ kecoklat-coklatan dengan diameter sedikitnya 1.5 cm. Setelah
2-2.5 bulan (sudah berakar), bibit segera dipotong dan ditanam dipolibag dengan
media campuran : pupuk kandang 1 : 1. Bibit dipelihara selama 1
bulan.
3) Teknik Penyemaian Benih
Persemaian dapat dilakukan di dalam bedengan
atau di polibag.
a) Bedengan
1. Olah tanah sedalam 30-40 cm dengan cangkul
kemudian keringkan selama 15-30 hari.
2. Buat bedengan dengan lebar 100-120 cm,
tinggi 30-40 cm, panjang sesuai lahan dan jarak antar bedengan 60 cm.
3. Campurkan 2 kg/m2 pupuk kandang dengan
tanah bedengan.
4. Buat sungkup bedengan berbentuk setengah
lingkaran dengan tinggi pusat lingkaran minimal 50 cm. Naungi sungkup dengan
plastik bening.
b) Polybag
1. Lubangi dasar polybag diameter 10-15
cm.
2. Isi polibag dengan media berupa campuran
tanah, pupuk kandang (2 : 1).
3. Simpan polybag di dalam sungkup.
4) Pemeliharaan
Pembibitan/Penyemaian
Pemeliharaan pembibitan dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
a) Penyiraman dilakukan 1-2 kali sehari,
terutama jika kemarau.
b) Penyiangan dilakukan sesuai dengan
pertumbuhan gulma.
c) Pemupukan setiap 3 bulan dengan urea, SP-36
dan KCl (2:1) sebanyak 50-100 gram/m2 atau 4 gram/polibag.
d) Penyemprotan pestisida dengan konsentrasi
30-50% dari dosis anjuran.
e) Membuka sungkup jika cuaca cerah secara
berangsur-angsur agar tanaman dapat beradaptasi dengan lingkungan
kebun.
5) Pemindahan Bibit
Bibit di bedengan dipindahkan ke polybag
setelah berumur 6 bulan. Pindah tanam ke lapangan dilakukan setelah bibit
berumur 10-12 bulan di persemaian.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan
Calon tempat tumbuh tanaman jambu air harus
dibersihkan dahulu dari berbagai pengganggu seperti: rerumputan, semak/onak dan
binatang. Lahan hanya diolah di lubang tanam dan dilaksanakan 15-30 m hari
sebelum tanam. Jarak tanam jambu air adalah 8 x 8 m dengan lubang tanam
berukuran 60 x 60 x 60 cm.
2) Pembukaan Lahan
Tanah yang akan dipergunakan untuk Tanaman
jambu air dikerjakan semua secara bersama, tanaman pengganggu seperti
semak-semak dan rerumputan dibuang, dan benda-benda keras disingkirkan kemudian
tanah dibajak atau dicangkul sampai dalam, dengan mempertimbangkan bibit yang
akan ditanam. Bila bibit berasal dari cangkokan pengolahan tanah tidak perlu
terlalu dalam tetapi bila hasil okulasi perlu pengolahan yang cukup dalam.
Kemudian dibuatkan
saluran air selebar 1 m dan kedalam
disesuaikan dengan kedalaman air tanah, guna mengatasi sistem pembuangan air
yang kurang lancar. Tanah yang kurus dan kurang humus/tanah cukup liat diberikan
pupuk hijau yang dibuat dengan cara mengubur ranting-ranting dan dedaunan,
dengan kondisi seperti ini dibiarkan selama kurang lebih 1 tahun kemudian
dilanjutkan pembuatan bedengan sesuaidengan kebutuhan.
3) Pengapuran
Pengapuran tanah sebaiknya dilakukan 1 atau 2
bulan menjelang hujan.
4) Pemupukan
Sebelum penanaman kedalam lubang tanam perlu
dimasukkan pupuk kandang sekitar 1 blek minyak tanah. Jika perlu ditambah 2
genggam pupuk NPK. Setelah itu perlu diberi pelindung
6.3. Teknik Penanaman
Penanaman jambu air dapat dilakukan di pot/di
kebun, Jika yang digunakan adalah bibit cangkokan maka penanaman batang lebih
dalam agar pohon bisa tumbuh secara kuat.
1) Penentuan Pola Tanam
Bibit jambu air dikebun dapat ditanam dengan
pola tanam/jarak tanam 8 x 8 m.
2) Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam sebaiknya dibuat pada akhir musim
kemarau/menjelang musim hujan, agar pada saat mendekati musim hujan, tanaman
sudah berdiri. Dengan demikian tanaman baru (pada musim hujan) tidak perlu
disiram 2 kali sehari.
Penyiapan lubang tanaman terdiri
dari:
a) mula-mula tanah digali di tempat yang sudah
ditentukan;
b) ukuran lubang ukuran lubang: panjang x
lebar x dalam = 60 x 60 x 60 cm. atau panjang x lebar x dalam = 1 x 1 x 0,5
m.
3) Cara Penanaman
Bibit jambu air ditanam ke dalam lubang tanam
berukuran 60 x 60 x 60 cm. Perlu memperhatikan kedalaman penanaman dan waktu
penanaman sebaiknya dilaksanakan persis pada awal musim hujan dan pada sore
hari.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penjarangan dan Penyulaman
Penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 1
bulan. Bibit yang tidak tumbuh diganti dengan bibit baru yang ditanam pada
lubang tanam yang sama.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan dengan maksud menyuburkan
tanah, membuang rumput liar/tanaman liar (kalau ada) atau binatang yang mendekap
diantara tanah.
Dengan penyiangan dapat memeriksa keadaan
lapisan tanah.
3) Pemupukan
Pemupukan jambu air dapat diberikan sebelum
berbuah dan sesudah berbuah, sebaiknya setelah dilakukan penyiangan.
a) Tanaman belum berbuah
1. Pupuk kandang diberikan sekali gus pada
awal musim hujan.
2. Pupuk urea diberikan 1/3 bersamaan dengan
pupuk kandang.
3. 2 minggu setelah itu, sisa urea diberikan
bersamaan dengan TSP dan KCl.
b) Tanaman sudah berbuah
1. Pupuk kandang diberikan sekaligus pada awal
musim hujan.
2. Pupuk urea 2/3, TSP 1/2, KCl 1/3 diberikan
pada saat tanaman belum
berbunga (bersamaan dengan pemberian pupuk
kandang dan saat hujan pertama mulai turun).
3. Sisa pupuk diberikan setelah buah membesar
(umur buah sekitar 1-2 bulan sejak berbunga dan ukuran buah ± sebesar telur
puyuh). Cara pemberian pupuk tersebut sebaiknya dibenam dalam Rorak (got)
sedalam 20-30 cm mengelilingi tajuk pohon. Dosis pupuk bagi pohon jambu air umur
≥ 15 tahun.
4. Pupuk kandang: maksimal 30 kaleng minyak
tanah.
5. Pupuk Urea, pupuk TSP, pupuk KCl
(masing-masing) : 2500 gram. Kenaikan takaran pupuk tersebut setiap tahun
setelah jambu air berumur ≥ 10 tahun ialah:
a) Pupuk kandang: 2 kaleng minyak
tanah.
b) Pupuk Urea: 100 gram.
c) Pupuk TSP: 50 gram.
d) Pupuk KCl: 50-100 gram.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman jambu air yang hidup pada tanah dengan
kedalaman air tanah 150-200 cm, pada musim kemarau sangat memerlukan penyiraman,
agar tanah tetap lembab. Ketika masih muda, selama 2 minggu pertama tanaman muda
perlu diairi 1-2 kali sehari. Jika sudah cukup besar dan perakarannya dalam,
tanaman disirami 10-12 kali sebulan.
5) Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan dilakukan secara teratur 1-2 kali
seminggu. Awal penyemprotan dilakukan saat buah jambu air sebesar telur puyuh
(umur ± 1-2 bulan sejak berbunga). Akhir penyemprotan dilakukan saat buah jambu
air akan dipetik (sebulan sebelum dipetik dan warna buah sudah berubah) atau
sampai gejala serangannya hilang. Ketika hendak melakukan penyemprotan
pestisida, atau pupuk daun/hormon, kita harus memperhatikan cuaca waktu itu.
Kalau langit
mendung dan kemungkinannya akan turun hujan,
sebaiknya penyemprotan ditunda dulu.
6) Pemeliharaan Lain
Pemangkasan dilakukan dengan tujuan untuk
membentuk pohon, pemeliharaan dan peremajaan. Membentuk pohon: dilakukan setelah
mencapai ketinggian 2 meter, dengan ketinggian 1,35-1,5 m dari permukaan tanah
dan bagian yang dipangkas adalah cabang/tunas. Untuk pemeliharaan: dilakukan
setiap saat kecuali ketika tanaman sedang berbunga, bagian yang ditanam adalah
dahandahan yang tua, yang mati kering, luka serta tidak sempurna. Untuk
peremajaan:
memangkas seluruh bagian tanaman yang sudah
kelewat tua, tidak berproduksi atau diserang hama.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Hama
1) Ulat kupu-kupu gajah
Ciri: panjang 12 cm,
warna hijau muda kebiru-biruan, bertubuh gemuk dan lunak,
tertutup lapisan lilin keputih-putihan.
Telur-telurnya ditaruh di tepi daun, 2-3 butir
bersama-sama, warna merah muda. Kepompong
berada di antara beberapa daun
atau di sebelah bawah daun. Ulat-ulat tersebut
sangat rakus memakan daun.
Pengendalian: dengan
cara mengumpulkan telur, ulat, dan kepompong untuk
dimusnahkan.
2) Kutu perisai hijau
Ciri: panjang kutu
3-5 mm, warna hijau (kadang agak kemerahan). Melekat pada bagian-bagian pohon
yang hijau dan di bagian bawah daun. Menyebabkan terjadinya cendawan hitam
seperti jelaga. Pengendalian: cara alami dimakan oleh beberapa macam kepik (merah tua, panjang
5 mm dan biru panjang 6 mm) dan ulat (warna merah muda, panjang 13 mm). Kutu ini
di musim penghujan bisa musnah oleh serangan beberapa macam cendawan.
3) Keluang dan codot
Pengendalian:
buah-buahan yang hampir tua dibungkus kantong kertas/kain-kain
bekas.
4) Pasilan atau benalu
Pengendalian:
dibuang dan dibersihkan.
5) Lalat buah (dacus pedestris)
Buah dan daun yang terserang oleh ulat ini.
Lalat ini meletakkan telurnya pada daging buah, sehingga setelah menetas
larvanya memakan buah jambu air.
Pengendalian: dengan
insektisida Diazinon atau Bayrusil yang disemprotkan ke pohon, daun dan buah
yang masih pentil dengan dosis sesuai anjuran.
6) Penggerek batang
Pengendalian: dengan
cara menyumbatkan kapas yang telah direndam insektisida Diazinon atau Bayrusil
kedalam lubang batang yang digerek.
7) Ulat penggulung/pemakan daun
7.2. Penyakit
1) Gangguan pada akar
Pemupukan yang kurang hati-hati pada jambu air
yang sedang berbuah dapat menyebabkan akar tanaman luka, maka bunga atau buah
jambu air bisa rontok. Semua ini terjadi karena tanaman tidak mendapat suplai
air dan zat makanan sebagaimana mestinya akibat rusaknya akar tersebut. Selain
itu tanah yang berlebihan supali air juga dapat merontokkan bunga/buah, sebab
sebab air yang menggenang membuat akar susah bernafas dan mengundang cendawan
yang bisamembusukkan akar.
2) Gangguan pada buah
Penyebab: ulat (lalat) buah dan sejenis
cendawan yang mengakibatkan buah rontok, busuk. Serangga ini langsung menyerang
buah dengan ciri noda berwarna kecoklatan atau kehitaman pada permukaan buah.
Pengendalian: (1) cara
membungkus buah sewaktu masih dipohon (2) dengan penyemprotan insektisida
thioda (2-3 cc/liter air)
dan fungisida dithane (3
cc/liter air)
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Tanaman jambu air dapat berbuah setelah
berumur 3-4 tahun, berbunga sebanyak 2 kali dalam setahun (Juli dan September)
dan buahnya masak pada Agustus dan Nopember. Ciri-ciri buah yang dapat dipanen
dinilai dari tingkat kematangan berdasarkan warna kulit buah, yaitu hijau muda,
hijau tua, hijau sedikit merah hijaumerah dan merah hijau. Keadaan fisik buah
juga menjadi kriteria dalam panen yaitu semakin terlihat matang buah yang
nampak, maka semakin merah warna kulitnya dan makin besar pula ukuran
fisiknya.
8.2. Cara Panen
Buah dipetik dari rangkaiaanya dengan hati
hati jangan sampai rusak, apalagi jatuh.
8.3. Periode Panen
Masa berbuah jambu air bisa lebih dari 1 kali
dalam setahun, tergantung pada keadaan lingkungan.
8.4. Prakiraan Produksi
Buah jambu air jenis merah–hijau dapat dipanen
bila warna merah pada buah jambu lebih banyak dari pada warna hijaunya, Pada
saat tersebut nisbah TPT/asam dan Vitamin C-nya masing-masing adalah 80,8 dan 48
kg/100 gram
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Buah hasil panen dikumpulkan dimasukan kedalam
keranjang plastik dan disimpan sementara di ruangan yang sejuk. Buah dari jenis
yang berbeda tidak disatukan dengan jenis yang lain.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pisahkan buah yang cacat dari yang baik,
kemudian klasifikasikan buah berdasarkan ukurannya. Buah dicuci bersih dengan
air mengalir atau dialiri air kemudian ditiriskan di rak pengeringan.
9.3. Penyimpanan
Buah yang telah dikemas disimpan di daerah
yang teduh kering dan sejuk.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah dikemas dalam keranjang plastik dan
disusun rapi agar tidak berpindah tempat selama dalam pengangkutan. Sebaiknya
bauh disimpan dalam cold storage jika tidak langsung diangkut ke
pasar.
10. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
TANAMAN
10.1.Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisis budidaya jambu air seluas 1
hektar dengan jarak tanam 8 x 8 m, populasi 156 pohon di Jawa Barat pada tahun
1999.
1) Biaya produksi tahun ke-1
1. Sewa Lahan Rp. 30.000.000,-
2. Bibit 160 batang @ Rp. 3.000,- Rp.
480.000,-
3. Pupuk
- Pupuk kandang 6 ton @ Rp. 150.000,-/ton Rp.
900.000,-
- Urea 25 kg @ Rp. 1.500,- Rp.
37.500,-
- SP-36 25 kg @ Rp.1.900,- Rp.
47.500,-
- KCl 25 kg @ Rp. 1.800,- Rp.
45.000,-
4. Pestisida 4 liter Rp. 625.000,-
5. Tenaga kerja
- Lubang tanam, ajir 15 HKP @ Rp. 7.500,- Rp.
112.500,-
- Beri pupuk 5HKP + 10 HKW @ Rp. 5.000,- Rp.
87.500,-
- Tanam 5 HKP + 6 HKW Rp. 67.500,-
- Pemeliharaan 40 HKP+20 HKW Rp.
400.000,-
2) Biaya produksi tahun ke-2 s.d.
ke-4
1. Pupuk
- Pupuk kandang 10 ton @ Rp. 150.000,- Rp.
1.500.000,-
- Urea 75 kg @ Rp. 1.500,- Rp.
112.500,-
- SP-36 50 kg @ Rp.1.900,- Rp.
95.000,-
- KCl 50 kg @ Rp.1.800,- Rp.
90.500,-
2. Pestisida 5 liter Rp. 781.250,-
3. Tenaga kerja
- Tenaga pemeliharaan 50 HKP+50 HKW Rp.
625.000,-
4. Alat Rp. 600.000,-
3) Biaya produksi tahun ke-5 s.d.
ke-15
1. Pupuk
- Pupuk kandang 24 ton @ Rp. 150.000,- Rp.
3.600.000,-
- Urea 125 kg @ Rp. 1.500,- Rp.
187.500,-
- SP-36 300 kg @ Rp.1.900,- Rp.
570.000,-
- KCl 150 kg @ Rp. 1.800,- Rp.
270.000,-
2. Pestisida 7 liter Rp.
1.093.750,-
3. Alat Rp. 450.000,-
4. Tenaga kerja
- Pemeliharaan 50 HKP + 60 HKW Rp.
675.000,-
- Panen & pasca panen 40 HKP + 50 HKW Rp.
550.000,-
Jumlah biaya produksi dalam 15 tahun Rp.
125.574.000,-
4) Pendapatan dari hasil produksi (15 tahun) :
73,32 ton Rp. 219.960.000,-
5) Keuntungan bersih 15 tahun Rp.
94.386.000,-
6) Parameter kelayakan usaha
1. B/C rasio = 1,752
Panen dimulai pada tahun ke 5 dan keuntungan
mulai diraih pada tahun ke enam.
10.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Prospek komoditi jambu air cukup cerah, sebab
permintaan terhadap komoditi initerus meningkat dari tahun ke tahun. Hanya dalam
membudidayakan tanaman jambuair perlu memilih jenis yang tepat, yakni yang
banyak digemari masyarakat, seperti cincalo.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1.Ruang Lingkup
Standar produksi ini meliputi: syarat mutu,
cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan.
11.2.Diskripsi
11.3.Klasifikasi dan Standar Mutu
11.4.Pengambilan Contoh
Contoh diambil secara acak dari jumlah kemasan
seperti terlihat di bawah ini. Dari setiap kemasan diambil contoh sebanyak 20
buah dari bagian atas, tengah dan bawah. Contoh tersebut diacak bertingkat
(startified random sampling) sampai diperoleh minimum 20 buah untuk
dianalisis.
a. Jumlah kemasan dalam partai (lot) sampai
dengan 100, contoh yang diambil 5.
b. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 101
sampai dengan 300, contoh yang diambil 7.
c. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 301-500,
contoh yang diambil 9.
d. Jumlah kemasan dalam partai (lot) 501-1000,
contoh yang diambil 10.
e. Jumlah kemasan dalam partai (lot) lebih
dari 1000, contoh yang diambil 15 (minimum).
Petugas pengambil contoh harus memenuhi syarat
yaitu orang yang berpengalaman atau dilatih lebih dahulu dan mempunyai ikatan
dengan badan hukum.
11.5.Pengemasan
Jambu air dikemas dengan peti kayu/bahan lain
yang sesuai dengan berat bersih maksimum 30 kg. Dibagian luar kemasan diberi
label yang bertuliskan antara lain:
nama barang, golongan ukuran, jenis mutu,
nama/kode perusahaan, berat bersih, negara/tempat tujuan, hasil Indonesia,
daerah asal.
12. DAFTAR PUSTAKA
1) Sarwono B. (1990). Jenis-jenis Jambu Air
Top. Jakarta, Trubus.
2) Guntur, Henny. (1985). Jambu Baron.
Jakarta, Asri.
3) Kanisius, Aksi agraris. (1980). Bertanam
Pohon Buah-buahan I.
4) Yayasan Kanisius, Yogyakarta.(1987).
Bertanam Jambu Air. Jakarta, Trubus.
Jakarta, Februari 2000
Sumber : Sistim Informasi Manajemen
Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Editor : Kemal Prihatman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar